Tuesday 5 March 2013

Kemewahan dibutuhkan tapi juga tidak diingini.


Kemewahan dibutuhkan tapi juga tidak diingini.
Changi-Airport-departureKami mendarat di Singapura Rabu malam dengan pesawat Garuda, landasan di Terminal 3 Changi Airport Singapura. Kesan saya memang pantas T3 Changi mendapat penghargaan dan masuk dalam Guiness Book of Record, sebagai airport termewah di dunia. Pada saat rencana pembangunan T3 dengan super kemewahan terjadi dialog cukup alot, karena investor ragu akan keputusan pemerintah, bahkan sempat ada pembatalan lelang, tapi akhirnya jadi juga terminal termewah ini dan termahal di dunia.
Pengaruh kemewahan terhadap kehidupan manusia cukup panjang sejarahnya. Bagaimana manusia khususnya keluarga raja-raja, para orang kaya hidup di jaman Romawi. Sisa sisa sejarah masih mencatat, baik bangunan, pangan dan sandang, kemewahan pesta-pesta dan hidup foya foya.
Saat sekarang kita juga bisa lihat mobil-mobil mewah di jalan raya. Apartemen dan mal mewah, kehidupan tuan-tuan tanah, konglomerat dan pengusaha yang hidup berkelimpahan. Di sisi lain begitu banyak rakyat yang masih hidup susah. Makan susah dan tidak ada tempat tinggal. Dalam kehidupan sehari-hari kenyataan ini tidak bisa kita hindari.
Fenomena ini saya rasa terjadi saja dimana-mana. Kesenjangan dan jurang pemisah yang begitu dalam. Sadar atau tidak sadar peran Gereja sebagai jembatan tentu diperlukan sekali.
Gereja di Jakarta dan gereja di Papua sangat berbeda, tapi misi dan visi sama, yakni menyelamatkan umat manusia. Saya pernah bersama beberapa pastor terlibat dalam pembangunan sebuah gereja di Sentani Jayapura sekitar tahun 90-an dengan dana yang sangat terbatas dan swasembada umat. Saya masih ingat setiap anak sekolah, kalau berangkat pagi harus wajib membawa sebuah batu kali. Semen sangat susah saat itu jadi dinding dibuat dari susunan batu dan atap seng. Akhirnya jadi juga gerejanya, sampai sekarang gereja sudah direnovasi dan bagus.
Mewah, sampai mana batasnya? Kita kenal kaul kemiskinan untuk menghindar dari hidup mewah, tapi sampai di mana batasnya barang mewah, seperti hanbdphone, blackberry, Iphone, dan Ipad? Saya rasa ini sudah bukan barang mewah lagi. Kalau dulu ada Virtu phone, dengan harga 10,000 USD, sekarang sudah hilang. Seorang pengemis di pinggir jalan saja sudah pakai handphone. Kalau malam tahun baru, seluruh dunia membuang uang milyaran dollar untuk kembang api, terutama pesta kembang api 1 jam di Shang Hai yang menghabiskan uang besar sekali atau di Water Front dan Sydney Bridge.
Tentu ini juga bagian dari kemewahan. Pakaian wanita dan asesorisnya seperti parfume, perhiasan, dan intan berlian adalah semua kemewahan. Ini hampir sudah bisa dinikmati banyak orang karena semakin banyak orang kaya hidup di dunia ini.
Permasalahannya sekarang bagaimana sikap kita terhadap hidup MEWAH? Saya tidak tahu persis aturan main, tapi kita harus hidup sederhana, hemat dan berbagi rasa dengan saudara kita yang miskin. Bagi saudara kita yang kaya, pemikirannya untuk apa harta benda ini semua kalau tidak dinikmati? Wong mati semua tidak dibawa? Lalu apa yang perlu di hemat?
Saya melihat 3 (tiga) hal dari sisi kemewahan. Pertama, kecemburuan sosial yang ditimbulkan kalau kekayaan itu dipergunakan dan dipamarkan secara berlebihan terutama pandangan sosial. Kedua, pengaruh terhadap sebuah penghasilan, karena kalau orang kaya tidak memakai uangnya untuk dibelanjakan, maka kekayaan tidak memiliki multiple function atau tidak membuat orang lain ikut menikmatinya. Ketiga, faktor kehidupan sosial ekonomi dan kebudayaan, yang tentu saja banyak berdampak positif bagi kehidupan terutama orang orang kaya. Ia sebagai pertumbuhan kehidupan sosial budaya manusia.
Saya sendiri sepakat kalau hidup harus sederhana, tetapi batasan hidup mewah memang perlu kita hayati dari hati kita yang paling dalam. Bagaimana sepantasnya kita hidup? Dari sini peran gereja akan terlihat. Peran para pastor dalam mengambil bagian dalam kehidupan umat. Mari kita mengambil sikap positif bagaimana hidup kita dan bagaimana peran kita dan solusi terhadap kehidupan yang mewah. Tuhan memberkati kita semua dan memberi kita kemampuan menikmati berkat rejeki dan kehidupan kita.

saya cukup setuju dengan pernyataan diatas..bahwa hidup mewah sangat diidamkan oleh hampir seluruh manusia dibumi ini.dimana kita sudah tidak asing lagi melihat manusia saling berlomba lomba untuk menunjukan kekayaan yang didapatnya tanpa melihat sisi lain dibalik keberhasilannya…masih banyaknya kaum minoritas yang tidak menikmati kehidupan yang mewah dan mungkin ada yang dirugikan akibat keegoisan manusia untuk berlomba lomba untuk memperkaya dirinya sendiri….
faktor-faktor inti yang saya ambil dipernyataan diatas antara lain
Pertama, kecemburuan sosial yang ditimbulkan kalau kekayaan itu dipergunakan dan dipamarkan secara berlebihan terutama pandangan sosial.
Kedua, pengaruh terhadap sebuah penghasilan, karena kalau orang kaya tidak memakai uangnya untuk dibelanjakan, maka kekayaan tidak memiliki multiple function atau tidak membuat orang lain ikut menikmatinya.
Ketiga, faktor kehidupan sosial ekonomi dan kebudayaan, yang tentu saja banyak berdampak positif bagi kehidupan terutama orang orang kaya. Ia sebagai pertumbuhan kehidupan sosial budaya manusia.
dari ketiga faktor tersebut yang menyebabkan manusia menjadi egois dan individualis terhadap pandangannya antar sesama manusia dan sangat berambisi besar pada dirinya sendiri tanpa memikirkan yang lainnya